Tinta (dalam berbagai bentuk) telah dikenal dan digunakan oleh bangsa Romawi sebagai alat tulis menulis sejak jaman dahulu, lebih kurang abad 3-4 M. Hingga jaman komputer saat ini, tinta tetap tidak bisa dilepaskan dari kegiatan manusia modern sebagai alat bantu untuk melakukan tulis menulis mulai dari kegiatan seni grafis, jurnalistik hingga percetakan.
Prinsip utama tinta adalah sebagai salah satu media penyampai informasi, tentunya dalam bentuk tertulis. Penyampaian informasi yang tepat dan aman sudah disadari dari jaman dahulu terutama untuk pengiriman informasi pribadi/rahasia. Berdasarkan kebutuhan itu maka timbulah gagasan untuk membuat tinta yang dapat menyembunyikan informasi rahasia. Melalui bahan-bahan tertentu dibuatlah suatu tinta yang saat dituliskan tidak dapat langsung dibaca. Untuk membacanya dibutuhkan tambahan bahan tertentu dan dengan proses tertentu pula.
Teknologi pembuatan tinta sangat beragam sejalan dengan perkembangan teknologi media “kertas” dan “pena” nya. Mulai dari tinta cair, tinta keras, tinta lunak, hingga tinta bubuk.
Tinta rahasia pada dasarnya adalah tinta tidak berwarna atau transparan, dimana bila digunakan untuk menulis, tulisannya tidak dapat langsung dibaca. Untuk membacanya memerlukan media penampak. Dalam dunia kriptografi, tinta rahasia dimasukkan sebagai bagian dari steganografi.
Tinta rahasia pertama kali dipakai sekitar abad ke-5 M dengan menggunakan bahan jus buah. Kemudian berkembang seiring waktu dengan menggunakan asam cuka, larutan kanji, tawas, kobal hingga protein fluoresen.
Jus lemon dan amonium klorida sebagai tinta rahasia dapat ditampakkan dengan cara dipanaskan. Larutan kanji sebagai tinta rahasia dapat ditampakkan dengan iodium. Asam cuka sebagai tinta rahasia dapat ditampakkan dengan bawang merah atau air sari kubis. Kobal oksida sebagai tinta rahasia dapat ditampakkan dengan asam nitrat atau asam hidroklorat dan dipanaskan. Protein fluoresen dapat ditampikan dengan sinar ultraviolet.
Pada jaman dahulu, penggunaan tinta rahasia sangat terbatas hanya dikalangan tertentu saja, seperti Raja, Pejabat Pemerintah, Panglima Perang, Pejabat Militer, Agen Intelijen, Duta, Misionaris atau Bangsawan. Selain disebabkan karena tinta rahasia tidak dijual secara umum, bahan-bahannya mahal, juga masih sulit didapatkan produk yang telah jadi tinggal pakai seperti pena atau pensil. Hanya mereka yang ingin menyampaikan informasi rahasia melalui suratlah yang membutuhkannya.
Sekarang ini pena/pensil dengan tinta tak terlihat (invisible ink) sudah mulai banyak dijual secara umum dikenal dengan istilah security maker pens. Selain itu sudah dibuat pula pena untuk membacanya yang diistilahkan decoder pens. Namun penggunaan tinta tak terlihat dan pembacanya saat ini lebih banyak pada permainan anak-anak dengan medium “kertas” plastik, fiber, melamin atau kaca.
Seiring dengan perkembangan teknologi komputer, beberapa vendor printer telah mengembangkan teknologi tinta tak terlihat ini untuk digunakan dalam printer inkjet. Untuk membacanya biasanya ditempelkan pada lampu UV. -antz-